Senin, 23 September 2013

Pembentukan Minyak Bumi





Proses pembentukan minyak dan gas memakan waktu jutaan tahun. Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori bagaikan air dalam batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke daerah lain, kemudian terkonsentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap. Walaupun minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber minyak dan gas yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan kulit bumi, seingga sebagian lautan menjadi daratan.
Adapun batu bara yang dipercaya berasal dari pohon-pohon dan pakis yang hidup sekitar 3 juta tahun yang lalu, kemudian terkubur mungkin karena gempa bumi atau letusan gunung berapi.

Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan/atau gas bumi, yaitu:
  •    Ada “bebatuan asal” (source rock) yang secara geologis memungkinkan terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi. 
  •     Adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke “bebatuan reservoir” (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon tersebut. 
  •    Adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus, dapat menciptakan suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemana-mana lagi. 

Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan faktor penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon. Hidrokarbon jarang terbentuk pada temperatur kurang dari 65oC dan umumnya terurai pada suhu di atas 260oC. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177oC.
Minyak bumi atau gas bumi terdapat dalam pori-pori batuan, terutama batuan sediment. Proses pembentukan minyak bumi belum di ketahui secara pasti. Karena itu usaha dan penelitian terus dilakukan orang untuk mengetahui proses terbentuknya minyak secara ilmiah.

            Ada tiga macam teori yang menjelaskan proses terbentuknya minyak dan gas bumi. Teori pertama adalah teori “biogenetic” atau lebih di kenal dengan teori “organik”. Yang kedua adalah teori “anorganik”, sedangkan yang ketiga adalah teori “duplex” yang merupakan perpaduan dari kedua teori sebelumnya. Teori duplex yang banyak di terima oleh kalangan luas menjelaskan bahwa minyak dan gas bumi berasal dari berbagai jenis organisme laut baik hewani maupun nabati.
Di perkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani dan gas bumi berasal dari materi nabati. Yang jelas minyak dan gas bumi terdiri dari senyawa kompleks yang unsur utamanya adalah karbon (C) dan unsur hydrogen (H). secara sederhana senyawa ini dapat ditulis dengan rumus kimia CXHY, sehingga sering di sebut sebagai senyawa hidrokarbon.

Pada zaman purba, di darat dan di laut hidup beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan. Binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati ataupun punah itu akhirnya tertimbun di bawah endapan lumpur. Endapan lumpur ini kemudian di hanyutkan oleh arus sungai menuju lautan, bersama bahan organik lainnya dari daratan.
           
Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi dan tekanan beban lapisan batuan di atasnya binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tadi berubah menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.

            Akibat pengaruh yang sama, maka endapan Lumpur berubah menjadi batuan sediment. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk atau “soure rock”. Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempet yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat yang di sebut perangkap (trap).
Suatu perangkap dapat mengandung:
·         Minyak, gas, dan air
·         Minyak dan air
·         Gas dan air




Dalam proses pembentukan minyak bumi diperlukan waktu yang masih belum bisa di tentukan sehingga mengenai hal ini masih terdapat pendapat yang berbeda-beda. Ada yang mengataka ribuan tahun, ada yang mengatakan jutaan tahun bahkan ada yang mengatakan lebih dari itu.

PROSES PEMBENTUKAN MINYAK BUMI 
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin: petrus ), dijuluki juga sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme tersebut mengendap di dasar lautan,kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu, dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.
Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan tahun. Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori seperti air dalam batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke daerah lain, kemudian terkosentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap. Walupun minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber minyak bumi yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan kulit bumi, sehingga sebagian lautan menjadi daratan.  

Dewasa ini terdapat dua teori utama yang berkembang mengenai asal usul terjadinya minyak bumi, antara lain:

1. Teori Anorganik (Abiogenesis)

            Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain. Secara umum dinyatakan seperti dibawah ini:


Berdasarkan teori anorganik, pembentukan minyak bumi didasarkan pada proses kimia, yaitu :

a. Teori alkalisasi panas dengan CO2 (Berthelot)
Reaksi yang terjadi:
alkali metal + CO2  karbida
karbida + H2O  ocetylena
C2H2  C6H6  komponen-komponen lain

Dengan kata lain bahwa didalam minyak bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan bersuhu tinggi. Bila CO2 dari udara bersentuhan dengan alkali panas tadi maka akan terbentuk ocetylena. Ocetylena akan berubah menjadi benzena karena suhu tinggi. Kelemahan logam ini adalah logam alkali tidak terdapat bebas di kerak bumi.


b. Teori karbida panas dengan air (Mendeleyef)

Asumsi yang dipakai adalah ada karbida besi di dalam kerak bumi yang kemudian bersentuhan dengan air membentuk hidrokarbon, kelemahannya tidak cukup banyak karbida di alam. 

2.Teori Organik (Biogenesis)

Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut. Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). 

P.G. Mackuire yang pertama kali mengemukakan pendapatnya bahwa minyak bumi berasal dari tumbuhan. Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa minyak bumi berasal dari zat organik yaitu:

·         Minyak bumi memiliki sifat dapat memutar bidang polarisasi,ini disebabkan oleh adanya kolesterol atau zat lemak yang terdapat dalam darah, sedangkan zat organik tidak terdapat dalam darah dan tidak dapat memutar bidang polarisasi.
·         Minyak bumi mengandung porfirin atau zat kompleks yang terdiri dari hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel, dsb.
·         Susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat mirip dengan zat organik, yang terdiri dari C, H dan O. Walaupun zat organik menggandung oksigen dan nitrogen cukup besar.
·         Hidrokarbon terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan bagian integral sedimentasi.
·         Secara praktis lapisan minyak bumi terdapat dalam kambium sampai pleistosan.
·         Minyak bumi mengandung klorofil seperti tumbuhan.
·         Proses pembentukan minyak bumi terdiri dari tiga tingkat, yaitu:

1. Pembentukan sendiri, terdiri dari:
- pengumpulan zat organik dalam sedimen
- pengawetan zat organik dalam sedimen
- transformasi zat organik menjadi minyak bumi.
2. Migrasi minyak bumi yang terbentuk dan tersebar di dalam lapisansedimen terperangkap.
3. Akumulasi tetes minyak yang tersebar dalam lapisan sedimen hingga berkumpil menjadi akumulasi komersial.

Proses kimia organik pada umumnya dapat dipecahkan dengan percobaan di laboratorium, namun berbagai faktor geologi mengenai cara terdapatnya minyak bumi serta penyebarannya didalam sedimen harus pula ditinjau. Fakta ini disimpulkan oleh Cox yang kemudian di kenal sebagai pagar Cox diantaranya adalah:
Minyak bumi selalu terdapat di dalam batuan sedimen dan umumnya pada sedimen marine, fesies sedimen yang utama untuk minyak bumi yang terdapat di sekitar pantai.
Minyak bumi memeng merupakan campuran kompleks hidrokarbon. Temperatur reservior rata-rata 107°C dan minyak bumi masih dapat bertahan sampai 200°C. Diatas temperatur ini forfirin sudah tidak bertahan. Minyak bumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi ditandai adanya forfirin dan belerang. Minyak bumi dapat tahan pada perubahan tekanan dari 8-10000 psi.

Proses transformasi zat organik menjadi minyak bumi.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi peristiwa diatas, diantaranya:
1. Degradasi thermal
Akibat sedimen terkena penimbunan dan pembanaman maka akan timbul perubahan tekanan dan suhu. Perubahan suhu adalah faktor yang sangat penting.
2. Reaksi katalis
Adanya katalis dapat mempercepat proses kimia.
3. Radioaktivasi
Pengaruh pembombanderan asam lemak oleh partikel alpha dapay membentuk hidrokarbon parafin. Ini menunjukan pengaruh radioaktif terhadap zat organik.

4. Aktifitas bakteri. 

Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan hidrokarbon minyak bumi dan memegang peranan dari sejak matinya senyawa organik sampai pada waktu diagnosa, serta menyiapkan kondisi yang memungkinkan terbentuknya minyak bumi.

Zat Organik Sebagai Bahan Sumber


Jenis zat oragink yang dijadikan sumber minyak bumi menurut para ahli dap[at disimpulkan bahwa jenis zat organik yang merupakan zat pembentuk utama minyak bumi adalah lipidzat organik dapat terbentuk dalamkehidupan laut ataupun darat dan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: yang berasal dari nabati dan hewani.

Sabtu, 21 September 2013

Eksploitasi

       


       Pengertian Eksploitasi
     Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
Pengeboran merupakan kegiatan untuk membuat lubang dari permukaan sampai pada kedalaman tertentu dimana batuan sumber hidrokarbon itu berada. Produksi merupakan kegiatan mengalirkan hidrokarbon dari reservoir sampai pada permukaan. Setelah hidrokarbon sampai di permukaan, hidrokarbon ini akan segera dialirkan ke fasilitas permukaan, diantaranya adalah separator yang akan memisahkan antara minyak, air, dan gas (minyak yg diproduksi dapat memiliki kandungan air dan gas didalamnya). Setelah itu masuk kedalam tangki penampungan utama sebelum dibawa ke tempat penyulingan (kilang).

       Perkembangan Eksploitasi
     Penerapan teknologi pada industri minyak dan gas (migas) kini menghadapi tantangan berat dari soal peningkatan produksi, inefisiensi biaya, meroketnya harga minyak dunia hingga tuntutan dampak pencemaran lingkungan.
     Dalam Acara Offshore Northern Seas (ONS) Conference and Exhibition di Stavanger, Swedia. Beberapa waktu lalu dipamerkan beberapa teknologi terbaru Eksploitasi Migas. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan DESDM mengatakan, perkembangan eksploitasi minyak dan gas terutama pada kawasan offshore dan laut dalam sudah sangat pesat, sehingga dengan teknologi terbaru ini selain dapat meningkatkan produksi dengan menekan losses hingga 5%, juga dapat menghemat biaya hingga sebesar 30% dalam penghematan perawatan peralatan. “Selain keuntungan yang dapat diraih seperti disebutkan diatas, juga dapat menekan kemungkinan dampak buruk terhadap kesehatan, keselamatan dan lingkungan”, lanjut Bambang Dwiyanto.
     Teknologi lainnya yang dipamerkan pada acara tersebut yaitu, teknik Total Subsea Solution dan IOR (increase Oil Recovery). Teknologi ini mengintervensi sumur dan “Drilling Sidetracks”, pada sumur existing didasar laut dalam, pada kedalaman lebih dari 3000 meter. Metode ini menurut Bambang Dwiyanto telah diaplikasikan tanpa menggunakan “Jack-up Rig”, tetapi menggunakan “Riserless Light well intervention” pada kapal yang dilengkapi dengan sistem “ Dinamic Position” dengan pemboran dilakukan menggunakan sistem “Composite Cable” yang terhubung dengan “Trought Tubin Rotary Drilling”. Selanjutnya menurut beliau, hal lain yang menjadi unggulan teknologi sub-sea ini ialah meningkatkan laju produksi migas dengan cara ”Subsea Produced Water Removed”, yaitu memisahkan air dan menginjeksikannya kembali pada lubang bor lainnya. Teknologi IOR ini telah berhasil mengekstrak 19 juta barrel di sumur-sumur North Sea.“ Teknologi tersebut merupakan teknologi masa depan yang dapat diterapkan pada lapangan minyak dan gas bumi di Laut Sulawesi, Selat Makasar, Laut Aru dan di Force Arc Basin dimana kedalaman lautnya melebihi 3000 meter”, ujar Kepala Badan Litbang.

          Proses Produksi Minyak atau Gas
Proses produksi adalah proses penurasan minyak dimana Minyak yang ada di rongga antar butir batuan didorong/dipindahkan/digeser oleh air formasi (air tanah).
Adapun cara memproduksi minyak yaitu :
·         Merencanakan produksi suatu cadangan
·         Luas dan besar cadangan
·         Jumlah sumur produksi yang diperlukan dan
·         Ukuran pompa yang diperlukan
Produksi (hulu) dari migas cukup sederhana, inti proses adalah :
1. Adanya kepala sumur

         Suatu alat/equipment yang digunakan sebagai penghubung sumur dengan peralatan produksi
2. Tanki atau Bejana Pemisah

         Tempat untuk memisahkan komponen dari minyak, gas bumi, air, gas beracun apakah untuk digunakan selanjutnya atau didispose.
3. Pipa penyalur
     Rangkaian pipa didalam perut bumi dari reservoir ke kepala sumur dan jika dipermukaan bumi untuk menyalurkan migas dari suatu peralatan/tempat ke peralatan/tempat lainnya.

        Tahapan Produksi
Tahapan Produksi (Perolehan Minyak) ada 3 macam, yaitu :
1.      Produksi Tahap Awal  (Primary)
2.      Produksi Tahap Ke Dua (Secondary)
3.      Produksi Tahap Lanjut (Enhanced Oil Recovery)
1.  Produksi Tahap Awal :
Ø Secara alamiah, produksi yang terjadi karena daya dorong tenaga reservoir
mampu mengangkat fluida ke permukaan.
Ø Artificial Lift (Pengangkatan buatan), produksi yang terjad masih menggunakan tenaga reservoir tsb tetapi ditambah dengan tenaga dari luar, misalnya (pompa angguk (SRP), pompa reda (ESP) maupun menggunakan gas lift
1.    Produksi Tahap Kedua :
        Menjaga kestabilan atau menambah tenaga reservoir secara langsung yaitu dengan menginjeksikan air atau gas pada suatu sumur dan produksi dilakukan pada sumur lainnya.
2.    Produksi Tahap Lanjut :
          Dimana saat minyak tidak dapat diproduksikan lagi dengan primary recovery maupun secondary recovery maka dilakukan produksi secara enhanced oil recovery (tersier recovery). Beberapa metode produksi yang dilakukan pada tahap enhanced oil recovery diantaranya :
§  Injeksi panas : Huff & Puff, Steam, In situ combustion
§  Injeksi bahan kimia : surfactant, polymer
§  Injeksi gas terlarut : Gas Co2 

Artificial Lift (Pengangkatan Buatan)
     Artificial Lift adalah metode yang digunakan untuk mengangkat HC dan umumnya minyak bumi dari dalam sumur ke permukaan. Hal ini dilakukan biasanya disebabkan tekanan reservoir tidak cukup untuk mendorong minyak sampai ke permukaan.
     Artificial Lift umumnya terdiri dari 6 macam yang digolongkan menurut jenis peralatannya :
     1. Sub Surface Electric Pumping
     2. Gas Lift
     3. Pompa Elektrikal Mekanikal (permukaan)
     4. Reciprocating Rod Lift System
     5. Jet Pump
     6. Progresive Cavity Pump
1)      SUB SURFACE ELECTRIC PUMPING













Menggunakan pompa sentrifugal bertingkat yang digerakan oleh motor listrik dan dipasang jauh didalam sumur.


2)      GAS LIFT :   
Add caption


Gas lift adalah suatu metoda pengangkatan fluida dari dalam sumur ke permukaan dengan menginjeksikan gas kedalam kolom minyak yang ada dalam sumur sehingga berat minyak menjadi lebih ringan dan lebih mampu mengalir ke permukaan.



3)      BEAM TYPE PUMPING UNIT (BTPU)  / Sucker Rod Pump (SRP)


Pompa ini disebut juga sebagai rod pump atau beam pump, menggunakan prinsip katup searah (check valve). Karena pergerakan naik turun seperti mengangguk pompa ini juga dikenal sebagai pompa angguk.


            Tipe pumping unit
  Conventional Crank Balanced Pumping Unit (code “C”)
  Low Torque/Profile Pumping Unit (code”LP”)
  Mark II Unitorque Pumping Unit  (code “M”)
  Air Balanced Pumping Unit (code”A”)
  Beam Balanced Pumping Unit (code”B”)

            Conventional crank balanced pumping unit :       


Biasa dipergunakan pada sumur dengan kedalaman pompa mulai dari 600 ft sampai dengan 3000 ft. Tipe pompa ini mempunyai populasi yang tinggi pada operasi CPI. Dengan tipe pemasangan two point foundation pompa ini sangat mudah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain.




            Low torque/Profile pumping unit :


Sangat cocok dipergunakan pada daerah yang lembab. Dengan bentuk yang relatif rendah, tipe pompa ini sangat mudah dikirim dalam kondisi terpasang.


            Mark II unitorque pumping unit : 



Sangat cocok dipergunakan pada daerah yang lembab. Dengan bentuk yang relatif rendah, tipe pompa ini sangat mudah dikirim dalam kondisi terpasang.


            Air balanced pumping unit 



Tipe pumping unit ini mempunyai keunikan tersendiri karena tidak mempunyai counterweight. Sebagai gantinya, digunakan air balanced cylinder sehingga keseimbangan well load akan diatur pada silinder ini. Keuntungan dari tipe ini dapat di-set pada stroke length yang tinggi (25 ft), dapat dipasang diatas trailer untuk well testing, ringan, dan biaya pemasangan relatif rendah. 


            Beam balanced pumping unit :                   


Tipe pumping unit ini dirancang untuk permukaan tanah yang kasar dan khusus digunakan untuk sumur dangkal.



4)      RECIPROCATING ROD LIFT SYSTEM
            Perbedaannya dengan tipe BTPU terletak pada surface facilities, sedangkan persamaannya terletak pada down hole pump.
            Kelebihannya dibandingkan dengan BTPU :
·         Untuk pemasangan surface facilities hanya dibutuhkan ruangan yang relatif kecil
·         Mempunyai daya angkat yang besar dan cocok untuk dioperasikan di sumur yang dalam (15,000 feet)
            Kekurangannya dibandingkan dengan BTPU :
·         Tidak sesuai dipasang pada sumur yang mengandung gas (liquid/gas pound problem)
·         Biaya pemeliharaan surface facilities sangat tinggi
·         Stroke length terbatas

5)      JET PUMP     


Fluida di pompakan kedalam sumur bertekanan tinggi lalu disemprotkan lewat nozzel kedalam kolom minyak.
Add caption
6)      PROGRESIVE CAVITY PUMP
            PCP bergerak dengan putaran motor dari permukaan (dipasang di atas wellhead). Kemudian putaran diteruskan ke single helical rotor melalui rangkaian sucker rod. 

            Keuntungan memakai PCP
ü  Sangat cocok untuk high viscosity oil (kental)
ü  Tidak “bising”
ü  Maximum head capacity 9800 feet
ü  Maximum pump capacity 3750 BPD
ü  Cocok untuk directional well
2.5    Dampak Eksploitasi Minyak Bumi terhadap Lingkungan
Sumber daya alam (SDA) merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri dengan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan kita jaga kelestariannya. Eksploitasi sumber daya alam secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek peran dan fungsi alam ini terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kabut asap, pemanasan global hingga bencana lumpur panas Sidoarjo yang sangat merugikan masyarakat.

Eksploitasi hutan di daerah hulu yang dapat menghilangkan fungsi hutan di daerah hulu sebagai penutup lahan terhadap tumpahan air hujan dan penghambat kecepatan aliran permukaan juga dapat menyebabkan banjir. Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya sebagai pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan mengenalisis mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi.

  KESIMPULAN

       Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan  sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.




Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alam seperti minyak bumi, gas batu bara, dan lain sebagainya. Maka dari itu akan sangat menghasilkan sekali apa bila sumberdaya tersebut di eksploitasi, namun bukan eksploitasi besar-besaran yang dimaksudkan tetapi eksploitasi yang ber wawasan dengan lingkungan ekspolitasi yang memperhatikan dampak sebab akibat serta cara menanggulanginya.